Humanika Psychology Center

HUMANIKA

Psychology Center

Kenali Depresi Bukan untuk Self-Diagnose!

Pernahkah kamu merasa sensitif atau emosi berkelanjutan? kehilangan motivasi untuk melakukan apapun? sampai akhirnya kamu iseng mengikuti tes yang mengklaim bahwa kamu mengidap depresi? Wah, itu merupakan prosedur yang tidak tepat ya! Memang sebaiknya kita mengenali diri kita sendiri dan mengenali tentang kesehatan mental, baik bentuknya dan cara penanganannya.

Sebelum kamu simak artikel di bawah mengenai depresi, perlu diingatkan bahwa ini bukan untuk self-diagnose diri kamu sendiri, sebaiknya tetap harus ditangani oleh pihak yang tepat seperti psikiater, psikolog atau dokter.

Apa itu Depresi?

Depresi merupakan gangguan emosional atau suasana hati (mood) yang buruk, biasanya ditandai dengan emosi/sensitif yang berkepanjangan, kehilangan motivasi, perasaan bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental tersebut dapat mempengaruhi individu untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Secara singkat depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang berhubungan dengan suasana hati (mood) dengan penyebab yang beragam.

Banyaknya tekanan dari kehidupan sosial, tidak urung menjadi alasan seseorang dapat depresi. Melalui siaran pers pada Kamis (3/3/2022) WHO merilis data terbaru yang menunjukan peningkatan 25 persen prevalensi depresi dan kecemasan di dunia karena pandemi. Data ini diperoleh berdasarkan laporan ilmiah yang diperoleh dari 90 persen negara di dunia.

Bagaimana Ciri atau Gejala Depresi?

Secara umum, individu yang sedang mengalami depresi mengalami gejala pada fisik, psikis, dan sosial yang bervariatif. Ciri atau gejala umum depresi sebagai berikut:

  • Gangguan pola tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan)
  • Gangguan pola makan (hilang selera makan atau makan berlebihan secara tidak normal)
  • Energi yang melemah
  • Sulit berkonsentrasi
  • Rasa bersalah, putus asa, tidak berharga, dan sensitif berkepanjangan
  • Kehilangan rasa percaya diri
  • Kehilangan motivasi

Menurut American Psychiatric Association/APA (2016), gangguan depresi merupakan salah satu gangguan suasana hati (mood) yang diklasifikasikan kedalam dua kategori, yakni:

a. Depresi Mayor (Major Depressive Disorder)

Gangguan depresi mayor digambarkan individu mengalami salah satu suasana hati depresi seperti sedih, putus asa atau hilangnya ketertarikan atau kesenangan dengan aktivitas rutin dengan periode waktu minimal 2 minggu. Orang yang mengalami depresi mayor akan memiliki gangguan pola makan (seperti hilang selera makan atau selera makan yang bertambah dengan tidak normal), gangguan pola tidur (seperti sulit tidur atau tidur yang terlalu banyak), dan merasa gelisah. Tak hanya itu, mereka juga dapat mengalami kesulitan berkonsentrasi hingga memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

b. Depresi Distimik (Dysthymic Disorder)

Gangguan distimik mirip dengan depresi mayor, hanya bersifat lebih ringan. Depresi distimik digambarkan dengan kondisi suasana hati yang merasa sedih atau terpuruk dalam suatu tekanan perasaan. Individu yang mengalami depresi distimik selalu merasa kurang bersemangat dan tertekan, walau bersifat ringan tetapi mengganggu dan cenderung bertahan jangka waktu tahunan. 

Gejalanya mirip dengan depresi mayor, hanya saja tidak terlalu mengganggu aktivitas keseharian. Jika gejala depresi mayor muncul minimal 2 minggu, maka depresi distimik muncul minimal 2 tahun.

Apa Faktor Pemicu Depresi?

Umumnya depresi terjadi karena adanya pemicu yang beragam seperti individu yang selalu merasa ditekan oleh lingkungan sosial, kegagalan, dan lain sebagainya. Walaupun tidak bisa dipastikan secara akurat mengapa individu dapat mengalami depresi, namun secara garis besar faktor pemicunya dibagi menjadi tiga:

  • Faktor Sosial
    Depresi dengan faktor sosial sangat beragam seperti seseorang mengalami kejadian tragis, mengalami masalah keuangan, trauma masa kecil, faktor usia dan gender, tuntutan dan peran sosial.
  • Faktor Psikologis/Kepribadian
    Nolen – Hoeksema & Girgus (2016) mengatakan bahwa ketika individu merasa tertekan mereka akan lebih fokus pada tekanan yang dirasakan dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional merupakan pemikiran yang kurang tepat dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya.
  • Faktor Biologi
    Beberapa peneliti menemukan bahwa pada wanita perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.

Bagaimana Cara Penanganannya?

Setelah “kenalan” dengan depresi dengan ciri atau gejalanya di atas, kamu tidak boleh mendiagnosis sendiri sehingga perlu ditangani dengan pihak yang tepat seperti psikolog, psikiater atau dokter. Humanika Psychology Center menyediakan layanan konseling bagi kamu yang membutuhkan. Kamu bisa cek link di bio Instagram Humanika Psychology Center.

Itulah sekilas mengenai depresi, semoga bermanfaat. Hidup terkadang tidak sejalan dengan apa yang sesuai hatimu. Apapun yang kamu lakukan, sudah lebih dari cukup. Jika kamu merasa terasa berat dan terbebani, jangan ragu untuk bercerita terlebih kepada mereka yang profesional ya!


Sumber:
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: ciri, penyebab & penanganannya. Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi. 1(1), 1-14
Hadi, I., Fitriwijayati., Usman, R.D., Rosyanti, L. (2017). Gangguan depresi mayor: mini review. HIJP: Health Information Jurnal Penelitian. 9(1), 34-49.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *